• Tidak ada hasil yang ditemukan

547berkomunikasi dengan mereka dan mempengaruhi akal-akal mereka, karena memang dia

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 105-107)

termasuk golongan mereka di masa lalu”.

Musthafa Ghazali melengkapi keterangannya: “…..hingga seluruh guru-gurunya berasal dari Syi’ah. Ahli sejarah mencatat, Aga Khan Shadiq termasuk gurunya yang Syi’ah, demikian pula Syaikh Murtadla adalah orang Syi’ah.”

Abu Rayyah mengatakan dalam kitabnya “Jamaluddin Al-Afghani” : “Sesungguhnya aku telah mendengar bahwa Assayyid (Jamaluddin) pernah menjadi murid Al-Qadli Bisyir, Al- Hafidz Darraaz dan Habibullah Al-Qandahari”. Mereka semua adalah Syi’ah.

Dari semua keterangan ini dapatlah kita ambil kesimpulan : “Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang Syi’i Ja’fari Itsna “Asyari!!”

Menguatkan pendapat ini adalah DR. Abdul Mun’im Muhammad Hasanain dalam kitabnya “Jamaluddin Al-Asdaabaadzi”, hal.9 :

“Dia seorang Syi’i bermadzab Ja’fari”.

Menghukumi dia sebagai Syi’i tidak bisa dilakukan kecuali setelah membaca surat-surat Al-Afghani yang tersebar setelah meninggalnya. Oleh sebab itu ia mengatakan (pada hal.10- 11) : “Sesungguhnya bukti-bukti yang menetapkan bahwa Jamluddin Al-Irani bermadzab Syi’ah adalah sangat banyak dan meyakinkan”.

DR. Abdul Mun’im Hasanain tidak hanya menunjukkan bahwa Al-Afghani adalah seorang Syi’i, lebih dari itu beliau juga menegaskan bahwa dia (Al-Afghani) sangat fanatik dengan agama Syi’ah. Beliau juga menegaskan :

“….bahkan Jamaluddin adalah orang yang sangat fanatik (ta’ashshub) dengan asal negaranya dan pemahaman (Syi’ah)nya! Kefanatikan Syi’ah-nya bahkan terwujud dalam hal pengambilan seorang stafnya yang ditunjuk untuk mengurusi masalah-masalah khususnya. Dia mempunyai seorang pembantu yang bernama Abu Turab. Pembantu ini sangat setia melayani dan menemani kemanapun Al-Afghani bepergian serta sangat terpercaya dalam menyimpan rahasia-rahasia khusus. Nama “Abu Turab” adalah laqab khusus yang dimiliki oleh Ali Bin Abi Thalib. Hal ini ada kemiripan dengan Al-Afghani yang menyebut dirinya sebagai Jamaluddin “Al-Husaini” yang menandakan dia adalah seorang Syi’i Irani, karena laqab “Al-Husaini” punya makna khusus di kalangan penganut Syi’ah Iran karena sikap ekstremnya terhadap Ahlul Bait, lebih-lebih terhadap Al-Husain bin Ali”.

Demikianlah nukilan perkataan Musthafa Ghazali.

Aku (penulis) katakan: Untuk tambahan penjelasan dipersilakan menelaah kitab “Jamaluddin…” oleh anak bibinya,Lutfullah, di dalamnya terdapat penjelasan yang meyakinkan tentang keSyi’ahannya”.

Adapun penisbahan nama Jamaluddin Al-Afghani kepada sekte Al-Baabiyyah, telah dipastikan oleh para ahli, mereka menyebutkan bukti/dalil yang banyak. Akan tetapi sebelum menyebutkan bukti-bukti tersebut, perlu dijelaskan lebih dahulu apa itu sekte Al-Baabiyyah. Ali Abdul Halim Mahmud dalam “Jamaluddin Al-Afghani”, hal.68 menjelaskan :

“Al-Baabiyyah termasuk diantara sekian sekte yang berbahaya, sarat dengan ajaran filsafat yang merusak Islam. Dan nampak jelas adanya campur tangan Yahudi di dalamnya”.

Dalam Muktamarnya di kota Rasyta (Risyta?) tahun 1264/1843M para penganut Al- Baabiyyah mendeklarasikan secara terang-terangan tentang hasratnya untuk melepaskan diri dari Islam, memusuhi Islam dan bahasa Arab.

Mereka terlibat dengan pemerintah dalam berbagai peperangan dan konfrontasi yang pada akhirnya memaksa keluarnya keputusan hukum untuk melenyapkan Al-Mirza. Dan meredalah ketika itu gaung aliran-aliran filsafat sesat ini dan tidak berumur panjang. Perkembangan selanjutnya, para pengikutnya melakukan gerakan bawah tanah. Dan sebagian besar pengikutnya adalah Yahudi”.

Di tahun 1385H/1868M Al-Baabiyyah keluar dari ‘Aka dengan nama baru “Al- Bahaiyyah” yang diambil dari pemimpin barunya : MirzaHusain Ali Al-Mazindarani yang dijuluki Baha’ullah. Dari data-data yang valid diketahui bahwa Al-Bahaiyyah pada akhirnya menjelma menjadi Yahudi dengan wajah yang lain.”

Sudah menjadi rahasia umum bahwa gerakan Freemasonry-lah yang memback-up Al- Baabiyyah beserta penyebarannya. Dan dialah yang membidani lahirnya Al-Bahaiyyah sebagaimana hal itu telah diakui oleh para ahli sejarah di masa itu serta ahli sejarah belakangnya.

Jamaluddin Al-Afghani adalah anggota Freemasonry yang loyal kepada perkumpulan Freemasonry dan malang-melintang di dalamnya, data itu tidak diragukan lagi”.

Adapun loyalitasnya kepada Al-Baabiyyah telah dijelaskan oleh orang-orang yang sezaman dengannya.

Musthafa Ghazali dalam bukunya “Da’watu Jamaluddin…:”hal.80, berkata:

“Perubahan Jamaluddin Al-Afghani kepada Al-Baabiy adalah penjelasan Abul Huda Ash Shayyadi tentang Jamaluddin bahwa dia adalah Mazindaraany (pengikut Baabiyyah) diketahui dari pola-pola pikir dirinya yang mirip dengan pemikiran dan keyakinan-keyakinan Baabiyyah” (Lihat kitab “Rasyid Ridha Al-Imam Al-Mujahid”, tulisan Ibrahim Al-Adawi hal.97)

DR. “Ammarah dalam “Al-A’malul Kaamilah….” hal.23, menukil dari “Tarikh Al-Ustadz Al- Imam” milik Muhammad Rasyid Ridha 1/90:

“Abul Huda Ash-Shayyadi menulis surat kepada Asy-Syaikh Rasyid Ridha menyerang majalah Al-Manar karena berulang kali memuat pemikiran-pemikiran Al-Afghani. Dalam suratnya ia katakan :”Sesungguhnya aku lihat majalah anda sarat dengan pemikiran Jamaluddin yang campur aduk. Diketahui secara pasti dari dokumen-dokumen resmi negara bahwa dia adalah Maazindarani (pengikut sekte Baabiyyah) dari sempalan Syi’ah ekstrem, dia keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya“.

Fakta lain yang menguatkan kenyataan di atas adalah bahwa pembunuh Nashir Syahuddin Syah Iran (raja Iran) adalah anggota sekte Baabiyyah, pengikut dan pengagum Jamaluddin Al-Afghani. Dia dijebloskan ke dalam penjara bersama-sama Jamaluddin Al- Afghani di sel yang sama. Setelah pemerintah Iran melakukan penyerbuan dan penangkapan terhadap unsure-unsur Baabiyyah berdasarkan bukti-bukti yang kuat bahwa mererka telah melakukan kudeta terhadap Syah Nashiruddin pada tahun 1268H. Sungguh dia telah mengorbankan dirinya demi Jamaluddin, maka ia katakan kepada Nashiruddin Syah Iran ketika dia mencacinya :

“Ambil dia dari tangan Jamaluddin” Aku (penulis) berkata:

“Bukti adanya keterkaitan antara Bahaiyyah, Baabiyyah dan Mashuniyyah (Freemasonry) International dimana Jamaluddin merupakan salah satu tokohnya adalah:

“Termaktub dalam buku karya Musthafa Ghazali “Jamaluddin Al-Afghani…” hal.83 yang dinukil dari buku “Haqiqatul Baabiyyah wal Bahaiyyah” karya Muhsin Abdul Hamid, terbitan Maktab Al-Islamiy, hal.210, menyatakan :

“Sesungguhnya dasar-dasar dan asas Al-Bahaiyyah sebagai pengganti Baabiyyahmemiliki kemiripan dalam banyak perkara dengan dasar-dasar dan tujuan-tujuan Jamaluddin. Al-Bahaiyyah mempengaruhi mereka dari segi sasaran-sasarannya yang merusak berdasarkan cara pandang As-Suffiyyah Al-Hululiyyah Al-Ittihadiyyah (Wihdatul Wujud-penyatuan Tuhan dengan hamba). Hal ini selaras dengan seruan Freemasonry dalam hal ajakan meninggalkan agama-agama dan berkumpul di atas agama yang satu”.

Dan begitulah Jamaluddin, dia mengembangkan ajaran Freemasonry (Mashuniyyah) di Mesir, dia menggencarkan seruan penyatuan agama-agama, yang sebelumnya dia punya keyakinan Wihdatul Wujud. Dari sini nampak bahwa dia tidak jauh berbeda dengan pola pikir seorang pengikut Baabiyyah.

Kita perlu mengetahui bahwa Jamaluddin telah mendirikan gerakan Freemasonry di Mesir dan dia tetap aktif di dalamnya meskipun telah keluar dari Mesir. Dan dia juga memiliki pengikut yang cukup besar di Iran, selama dia bermukim di sana.

Iran adalah “box” bayi Baabiyyah yang merupakan underbow Freemasonry”. Ibnu Abdul Hamid dalam “Haqiqatul Baabiyyah wal Bahaiyyah” ha.102.

Pokok-Pokok Penting Kesamaan gerakan Ikhwanul Muslimin dengan Jamaluddin Al- Afghani Ar-Rafidhi :

1. Keseriusannya dalam politik tingkat tinggi

2. Tandzim sirri (gerakan rahasia), lihat model pengajiannya yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil (sistem sel) yang dipimpin oleh seorang murabbi (± 5 orang), membentuk struktur piramida

3. Dakwahnya mengajak untuk menegakkan sistem negara demokrasi (parlemen) 4. Menghidup-hidupkan dakwah kesukuan dan kebangsaan dan menyebarkannya 5. Tamyi’ dan Taqrib (pendekatan) antara Syi’ah dan kelompok-kelompok sesat, Yahudi

dan Nasrani” (hal. 47).

Maka bila ada baik dan benarnya dari apa yang kami tulis berarti kebenaran itu datang dari Allah karena taufik dan hidayah-Nya, sedangkan jika ada kesalahan, berarti datang dari diri kami sendiri dan dari setan. Allah terbebas dari kesalahan itu.

549

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 105-107)

Garis besar

Dokumen terkait