• Tidak ada hasil yang ditemukan

535mereka secara langsung dan setelah menelaah fatwa-fatwa mereka tentang hal ini dan juga

komentar-komentar dari kalangan mereka yang termaktub dalam beberapa kitab.

YANG PALING MASYHUR DIANTARA MEREKA ADALAH SYAIKH MUHAMMAD ABDUH. Beliau berpendapat bahwa hadits tentang turunnya Isa ‘Alaihis Salam adalah hadits ahad. Ini tentunya dikarenakan keterbatasan beliau dalam mengkaji hadits-hadits. Beliau adalah salah satu ulama modern yang saya kritik. Terkadang ia juga menakwilkan turunnya Isa ‘Alaihis Salam ke bumi sebagai kemenangan dunia ruh dengan dunia jasad dan turunnya Isa ‘Alaihis Salam bagi beliau juga merupakan rahasia risalah-Nya pada manusia. Yaitu ajaran yang di dalamnya terdapat ajaran kasih sayang, cinta, dan kedamaian. Sebagaimana diceritakan oleh Sayyid Rasyid Ridha dalam tafsirnya (3/317). PADAHAL SESUNGGUHNYA IA MENOLAKNYA dengan ungkapan, “Akan tetapi, bentuk zhahir hadits yang tercantum tentang hal itu tertolak”. Karena itu ia menolak pengecualian ini dengan ungkapan, “Para pendukung takwil ini berkata,’Sesungguhnya hadits-hadits ini telah dikutip secara maknawi seperti kebanyakan hadits lain”. Dan sang penukil makna ini mengutip sebatas kadar pemahamannya,”MUHAMMAD ABDUH PERNAH DITANYA TENTANG DAJJAL DAN TERBUNUHNYA IA OLEH ISA ‘ALAIHIS SALAM, BELIAU MENJAWAB “SESUNGGUHNYA DAJJAL MERUPAKAN SIMBOL KHURAFAT, PENYIMPANGAN DAN KEJAHATAN YANG MERUBAH PENETAPAN SYARI’AT DARI BENTUKNYA…”

Sangat ironis bahwa penakwilan ini telah dilakukan terlebih dahulu oleh Mirza Ghulam Ahmad (seorang Qadhi) di India yang mengaku sebagai Nabi. Ia selalu mengulang-ulang dalam kitab dan risalah-risalahnya…..Sayyid Rasyid Ridha berkata,”Sesungguhnya ia (Mirza Ghulam Ahmad) membuka pintu untuk umat yang aneh dari pintu penakwilan Al-Qur’an, dan merubah lafazh-lafazhnya dari makna-makna yang terdapat di dalamnya (menjadi makna- makna yang aneh, yang tidak sedikitpun menyerupainya dan cocok dengannya). Mereka adalah kalangan zindiq (kafir) dari golongan Majusi, dan konco-konconya yang telah memalsukan ajaran agama dari kalangan Bathiniyah”.

Lalu apa perbedaan antara penakwilan kalangan Bathiniyah terhadap Al-Qur’an dengan penakwilan kalangan Qadiyaniyah, dan Muhammad Abduh dan para pengikutnya pada hadits-hadits tentang turunnya Isa ‘Alaihis Salam dan Dajjal dengan penakwilan yang batil dan tanpa alasan itu? Bagaimana sikap Sayyid Rasyid Ridha Rahimahullah yang juga menakwilkan dengan penakwilan baru, bahwa hadits-hadits itu dikutip secara makna? Apakah hal itu sudah pantas dijadikan alasan untuk menolak riwayat yang shahih dari shahabat, terlebih lagi riwayat mereka yang mutawatir?

Banyak lagi contoh penakwilan lain yang disusutkan oleh penulis-penulis modern dari beberapa ulama. Syaikh Muhammad Fahim Abu Abiyah…….

Saya mengatakan bahwa ulama ini tidak hanya telah melakukan perusakan pada teks-teks sunnah dan penakwilannya –dengan jalan simbolisasi yang merupakan madzhab Bathiniyah yang kafir, sebagaimana diceritakan sebelumnya oleh Sayyid Rasyid Ridha sendiri- bahkan ia telah membingungkan para pembaca dengan mengatakan bahwa perusakan ini merupakan pendapat sebagian ulama. Padahal sebenarnya tidak ada seorang ulama hadits pun yang mengatakan seperti itu. Akan tetapi, UNGKAPAN ITU BERSUMBER DARI KALANGAN KHAWARIJ DAN MU’TAZILAH YANG MERUPAKAN GOLONGAN SESAT (dan bandingkanlah wahai pembaca yang budiman, ucapan “Al-Allamah Asy-Syaikh” Ahmad Surkati yang menganggap bahwa kedua sekte sesat tersebut MASIH GOLONGANNYA!! Allahul Musta’an-pen)[Nabi Isa ‘Alaihis salam vs Dajjal, Syaikh Al-Albani, PUSTAKA AZZAM, hal.20-22)

Demikianlah, perbedaan antara Syaikh Al-Albani Rahimahullah (guru Masyayikh Yordan) dengan Ahmad Surkati dan para pembelanya dalam menyikapi figur Muhammad Abduh dan figur Khawarij yang merupakan golongan sesat!!

23.3 KUATNYA PENGARUH JAMALUDDIN AL-IRANI AR-RAFIDHI “AL-MASUNY” AL- IBRANI TERHADAP AHMAD SURKATI AS-SUDANI

Di bawah judul “Persatuan Islam”, ketika mengomentari perjanjian persekutuan antara “dua negara Islam” (istilah Ahmad Surkati As-Sudani) yaitu negara SYI’AH IRAN dengan Afghanistan, Ahmad Surkati As-Sudani dengan gaya bahasa “bombastis” mengungkapkan betapa ruhnya merasakan ruh pujaannya (Jamaluddin Ar-Rafidhi Al-Ibrani) yang tinggi lagi kekal sedang menari-nari :

“Kami tulis kertas ini serta merta ruh kami merasakan adanya ruh yang tinggi lagi kekal milik penggugah negeri-negeri timur –Assayyid Jamaluddin Al-Afghani- tengah

menari-nari riang gembira begitu mendengar suksesnya perserikatan antara negara Iran dan Afghanistan. Semoga Allah menyucikan jalannya karena telah sekian lama dia mengangan-angankan terwujudnya persatuan ini dan diapun telah berusaha sekuat tenaga, akan tetapi apa daya kematian telah mendahuluinya hingga ia tidak sempat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, maka bekulah dadanya, terpenuhi dengan kesedihan terhadap kenyataan negeri-negeri timur yang sengsara”

(Lembaran “kuna” Majalah AdzDzakhirah, juz 7, 1342H/1924M, hal.319-320. Nama file Lampiran 8b_Halaman Hitam karya Surkati.jpg)

Demikianlah, orang Sudan yang telah dipaksa oleh Abdurrahman Tamimi untuk mengenakan baju dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah (ketika menceramahi para ulama pada Muktamar Masyayikh Salafiyyin ke-1 di Yordania) ternyata ruhnya lebih memilih menyaksikan ruh seorang Syi’ah Rafidhah Al-Irani, tokoh organisasi Yahudi Freemasonry, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani yang sedang menari-nari riang gembira!! Dan orang ini pula yang pernah berkata :

“Sesungguhnya keNabian itu bisa diupayakan sebagaimana mengupayakan suatu pekerjaan/profesi!”

Maka lengkap sudah aroma kesesatan yang digandrungi oleh Ahmad Surkati As-Sudani!! Ahmad Surkati (pendiri Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang berasal dari benua Afrika, Sudan) juga berkata (dan ini adalah bukti nyata terpengaruhnya dia dengan dakwah Pan-Islamisme yaitu mempersatukan berbagai pandangan (baca: Islam Warna-Warni) Jamaluddin Al-Afghani Ar- Rafidhi “Al-Fremansory” Al-Ibrani! :

“ORANG-ORANG YANG MEMILIKI KEYAKINAN KHURAFAT, MESKIPUN MEREKA MEMILIKI PENYIMPANGAN DALAM BEBERAPA SEGI, MEREKA ITU MASIH BAGIAN DARI KITA, KELOMPOK SYI’AH, MESKIPUN MEREKA BERLEBIH-LEBIHAN, MEREKA MASIH GOLONGAN KITA, KELOMPOK KHAWARIJ, MESKIPUN MEREKA EKSTRIM, MEREKA MASIH GOLONGAN KITA, WAHABI MESKIPUN MEREKA KERAS namun masih termasuk golongan kita, dan SUNNI MESKIPUN MEREKA HANYA MENGAKU- NGAKU, namun masih tetap golongan kita. Masing-masing itu kaum muslimin, orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mencari ridha Allah meskipun dia terjatuh dalam kesalahan-kesalahan ijtihadi,42 (mereka) masih masuk dalam saringan, masih masuk dalam pagar agama Islam.

Dan bagaimanapun keadaan mereka, tanpa diragukan lagi dia masih lebih ringan daripada kekafiran dan lebih ringan daripada penyembah berhala selama mereka tidak berlebih-lebihan, tidak ghuluw dan keluar dari batas agama serta tidak berpisah dari ushul agama.

Menitikberatkan dan memusatkan perhatian untuk melawan orang kafir lebih wajib dan lebih penting dibandingkan mengarahkan perlawanan terhadap kelompok-kelompok ini. maka marilah kita bersama-

sama saling bahu-membahu dan menggalang solidaritas serta

berkonsentrasi dengan amalan-amalan yang bermanfaat, perkataan- perkataan yang lurus dan menerapkan agama kita dengan pelaksanaan yang hakiki. inilah, dada kami menerima dengan lapang dada pendapat yang mendukung kami dengan pendapat yang lurus dalam tujuan ini.

Dan majalah adz-dzakhirah ini menyambut dengan luas (sangat terbuka), halaman-halamannya terbentang luas, pintunya terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin bergabung dengan kita dalam amalan yang agung ini, baik dengan jiwa maupun hartanya………” (Majalah AdzDzakhirah, juz

42

Kesesatan Khurafiyyun, Syi’iyyun dan Khawarij-Kilabun Naar engkau katakan sebagai permasalahan ijtihadi wahai As-Sudani As-Salafy? Kalau demikian keadaannya, tentu menurut “Kaidah Emas” khilafiyyah ijtihadiyyah Firanda As- Soronji tidak boleh disikapi dengan tahdzir, hajr, apalagi tabdi’ (Lerai…, hal.250) dalam permasalahan ini!! Muslimin, jangan kalian tahdzir penganut Khurafat!! Jangan kalian peringatkan kesesatan Syi’ah dengan berbagai aqidah rusaknya!! Jangan kalian bicarakan peringatan Rasulullah saw mengenai Dzul Khuwaishirah dan anak cucunya, Kilabun Naar!! Di atas semua permasalah itu, tidak boleh bagi kalian untuk meletakkan al-wala’ wal bara’ padanya!! Kalian harus saling hormat-menghormati!! Firanda-pun berkata mengenai permasalahan khilafiyyah ijtihadiyyah seperti ini: Perpecahan tersebut tidak terjadi kalau saja kita bersikap benar dalam menghadapi perbedaan pendapat yang ada di kalangan Ahlus Sunnah...Selanjutnya kita balik pernyataan kalian. Keadaan kalian yang melakukan tahdzir dan hajr tanpa mengikuti aturan yang benar itulah yang menimbulkan perpecahan di kalangan Salafiyyun”(Lerai Pertikaian..., hal.246-247). Maka apakah Firanda masih mampu berdiri dengan ”Kaidah Emas”nya

537

Garis besar

Dokumen terkait